Sebelum
melakukan puasa atau menahan makan dan minum dalam waktu tertentu, maka Rasul
Nabi Muhammad SAW menganjurkan untuk makan sahur, yaitu makan dan minum sebelum
fajar, walaupun hanya dengan seteguk air. Sebenarnya, perlukah makan sahur buat
orang yang akan berpuasa?
Sahur dengan siomay cukup sebagai bekal puasa
Pada
dasarnya, tubuh makhluk hidup termasuk manusia memerlukan makan dan minum untuk
mencukupi kebutuhan energi. Energi yang didapatkan dari minuman dan makanan
akan digunakan untuk aktivitas fisik, misalnya bekerja, olah raga dan bahkan
untuk tidur pun memerlukan energi. Jika kita berpuasa, maka bagaimana tubuh
memenuhi kebutuhan energi?
Sumber
energi bagi tubuh kita adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Semua sumber
energi yang kita makan, akan diubah menjadi glukosa yang selanjutnya
dimetabolisme menjadi sumber energi berujud ATP (adenosin tri phosphat), dengan hasil akhir berupa uap air dan
karbon dioksida. Hasil samping metabolisme ini dapat kita buktikan pada saat
kita meniup napas ke cermin, maka akan muncul embun, sedangkan karbon dioksida
dapat dibuktikan dengan tiupan nyala api yang akan padam. Jika energi yang
dibutuhkan tubuh telah melebihi kebutuhan, maka sumber energi glukosa akan
diubah menjadi glikogen dalam hati, dan lemak yang akan disimpan di sel-sel
lemak di bawah kulit. Sehingga dapat dipahami, jika semakin banyak masukan
makanan dan semakin sedikit aktivitas fisik, maka energi akan berlebihan dan
akan diubah menjadi lemak yang disimpan dalam sel lemak. Simpanan lemak inilah
yang akan menentukan gemuk tidaknya badan kita.
Pada saat
tubuh berpuasa atau tidak ada masukan sumber energi, maka cadangan glikogen dan
lemak akan dibongkar. Glikogen yang jumlahnya terbatas di hati akan dijadikan
glukosa melalui proses yang dinamakan glikogenolisis. Jika glikogen masih
kurang, maka tubuh akan mulai menggunakan cadangan lemak yang dikenal dengan
proses beta oksidasi, dan pembongkaran protein dalam otot atau deaminasi untuk
diambil asam amino. Proses glikogenolisis, beta oksidasi, dan deaminasi ini
berlangsung dalam waktu yang terbatas tergantung cadangan di dalam tubuh. Makin
lama tubuh tidak mendapatkan sumber energi dari luar (makanan), maka makin
banyak lemak dan protein yang dibongkar dan menghasilkan senyawa berupa benda
keton dan amoniak yang bersifat racun bagi saraf.
Apabila kita
berpuasa dan tidak makan sahur, maka dapat dibayangkan tubuh kita sebenarnya
sudah berpuasa sejak terakhir kita makan. Andaikata terakhir kita makan malam
jam 22.00 dan berlanjut berpuasa tanpa sahur sampai berbuka kembali, katakanlah
jam 18.00, maka kira-kira tubuh telah berpuasa selama 20 jam. Dalam waktu
tertentu, tubuh masih dapat beradaptasi dengan kondisi kekurangan masukan
energi, tetapi jika berlanjut setiap hari bahkan sampai berhari-hari tanpa
sahur dan buka, mungkin dapat menyebabkan kelemahan tubuh, badan makin kurus,
dan bahkan kematian karena tidak ada energi untuk metabolisme sel, bahkan
keracunan senyawa beracun dari benda keton dan amoniak.
Agar tubuh
tetap fit dan sehat selama berpuasa, maka usahakan tetap makan sahur, dan
menyegerakan berbuka, sehingga energi tubuh cepat tergantikan dari glukosa,
sehingga proses pembongkaran lemak dan protein tidak berlanjut. Untuk sahur dianjurkan
makan makanan yang mengandung karbohidrat kompleks, yang dicerna secara lambat
sehingga ketersediaan glukosa dapat berlangsung secara berkelanjutan, seperti
biji-bijian utuh (beras merah, oat, gandum), yogurt, sayuran, buah-buahan,
dan polong-polongan seperti kacang merah
dan kacang kedelai. Untuk berbuka, maka dianjurkan makanan yang banyak
karbohidrat sederhana seperti makanan bergula dan manis, sehingga glukosa cepat
terserap. Selamat berpuasa!