Tranfusi
darah merupakan salah satu bagian dari pemeliharaan kesehatan modern. Menurut
WHO (2008), meskipun dapat menyebabkan komplikasi yang akut atau tertunda dan berresiko pada penyebaran penyakit
seperti HIV, virus hepatitis, dan sipilis, tetapi jika digunakan secara tepat,
tranfusi dapat memperbaiki kesehatan dan bahkan menyelamatkan hidup (1)
Penggunaan atau pemilihan jenis
tranfusi darah atau produk darah yang tidak tepat apalagi dengan pengolahan dan
penyaringan produk yang tidak baik, akan meningkatkan resiko terjadinya efek
samping tranfusi seperti penularan virus, bakteri, dan parasit serta reaksi
antigen-antibodi karena ketidakcocokan darah donor dengan penerima. Disamping
itu, umur darah dan produk darah yang masuk ke tubuh penerima dapat lebih
pendek sehingga menurunkan kegunaannya. Karena dapat berefek yang tidak
menguntungkan dari tranfusi, maka tranfusi hanya diberikan jika mempunyai
indikasi yang tepat. Pada batas-batas tertentu maka dapat digunakan cairan
pengganti seperti kristaloid dan koloid. Tranfusi dapat lebih bermanfaat apabila digunakan secara seletif, dan pada
keadaan yang memerlukan penurunan angka morbiditas dan mortalitas. Diperlukan
kesepahaman antara penentu kebijakan kesehatan, penyedia jasa layanan
kesehatan, dan para klinisi agar tranfusi benar-benar diberikan pada
pencegahan, diagnosis awal, dan penanganan kondisi yang memerlukan tranfusi
darah.
Jenis-jenis darah dan produk darah
Darah merupakan cairan yang vital, dipompa oleh jantung ke
seluruh tubuh melalui arteri dan vena. Darah sampai ke jaringan dan sel tubuh
membawa oksigen dan nutrien dan mengambil karbon dioksida (CO2) dan hasil sisa
metabolisme tubuh. Darah tersusun dari beberapa komponen yang masing-masing
mempunyai fungsi yang berbeda-beda, yaitu (2):
1.
Whole blood (darah utuh):
Darah utuh mengandung semua komponen
darah. Diambil dari para pendonor darah sekitar 200-500 setiap unitnya. Setelah
diambil dari donor, biasanya whole blood
dipisahkan menjadi komponen-komponennya.
2.
Sel darah merah
Komponen darah in memberikan warna merah
pada sediaan darah. Fungsinya untuk membawa dan menyampaikan oksigen ke sel-sel
dan membawa CO2 kembali ke paru-paru. Pembentukan sel darah merah terdapat di
sum-sum tulang, yang distimulasi oleh hormon eritropoetin di ginjal. Resipien
yang memerlukan sel darah merah, diberikan berupa “packed red blood cells”
3.
Trombosit
Trombosit merupakan fragmen sel darah
merah yang berperan pada pembekuan darah. Bekerja bersama faktor pembekuan
darah, akan membentuk jendalan darah yang mencegah perdarahan yang tidak
dikehendaki. Trombosit dipisahkan dari plasma darah.
4.
Leukosit (granulosit)
Dikumpulkan dari darah utuh, dengan cara
aferesis. Berfungsi untuk melawan proses infeksi. Sering disebut dengan “buffy
coat”. Jarang digunakan untuk transfusi, karena sudah banyak jenis antibiotika
yang ditemukan.
5.
Faktor koagulasi.
Ditemukan dalam plasma darah.
6.
Plasma
Plasma mengandung beberapa faktor
pembekuan dan protein seperti antibodi. Setelah dipisahkan dari darah, maka
dapat dibekukan dan disimpan sampai setahun. Setelah dicairkan, maka disebut
sebagai fresh frozen plasma (FFP).
Kriopresipitat merupakan fragmen kecil dari plasma yang mengandung faktor
pembekuan tapi dengan sedikit cairan.
7.
Albumin.
Merupakan jenis protein yang salah satu
fungsinya adalah menjaga osmolaritas cairan tubuh.
1.
WHO, 2008. Appropriate Transfusion
2.
American Cancer Society. 2008.
Blood end It’s Components.
3.
National Health and Medical
Research Council, Australasian Society of Blood Transfusion. Clinical practice
guidelines on the use of blood components (red blood cells, platelets, fresh
frozen plasma, cryoprecipitate) [draft document]. Australia: NHMRC-ASBT,
2002;1-75.