Tuesday, May 14, 2013

Pemilihan transfusi yang sesuai pada beberapa kasus


Tranfusi darah merupakan salah satu bagian dari pemeliharaan kesehatan modern. Menurut WHO (2008), meskipun dapat menyebabkan komplikasi yang akut atau tertunda  dan berresiko pada penyebaran penyakit seperti HIV, virus hepatitis, dan sipilis, tetapi jika digunakan secara tepat, tranfusi dapat memperbaiki kesehatan dan bahkan menyelamatkan hidup (1)
            Penggunaan atau pemilihan jenis tranfusi darah atau produk darah yang tidak tepat apalagi dengan pengolahan dan penyaringan produk yang tidak baik, akan meningkatkan resiko terjadinya efek samping tranfusi seperti penularan virus, bakteri, dan parasit serta reaksi antigen-antibodi karena ketidakcocokan darah donor dengan penerima. Disamping itu, umur darah dan produk darah yang masuk ke tubuh penerima dapat lebih pendek sehingga menurunkan kegunaannya. Karena dapat berefek yang tidak menguntungkan dari tranfusi, maka tranfusi hanya diberikan jika mempunyai indikasi yang tepat. Pada batas-batas tertentu maka dapat digunakan cairan pengganti seperti kristaloid dan koloid. Tranfusi dapat lebih bermanfaat  apabila digunakan secara seletif, dan pada keadaan yang memerlukan penurunan angka morbiditas dan mortalitas. Diperlukan kesepahaman antara penentu kebijakan kesehatan, penyedia jasa layanan kesehatan, dan para klinisi agar tranfusi benar-benar diberikan pada pencegahan, diagnosis awal, dan penanganan kondisi yang memerlukan tranfusi darah.

Jenis-jenis darah dan produk darah
Darah merupakan cairan yang vital, dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh melalui arteri dan vena. Darah sampai ke jaringan dan sel tubuh membawa oksigen dan nutrien dan mengambil karbon dioksida (CO2) dan hasil sisa metabolisme tubuh. Darah tersusun dari beberapa komponen yang masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda-beda, yaitu (2):
1.     Whole blood (darah utuh):
Darah utuh mengandung semua komponen darah. Diambil dari para pendonor darah sekitar 200-500 setiap unitnya. Setelah diambil dari donor, biasanya whole blood dipisahkan menjadi komponen-komponennya.
2.     Sel darah merah
Komponen darah in memberikan warna merah pada sediaan darah. Fungsinya untuk membawa dan menyampaikan oksigen ke sel-sel dan membawa CO2 kembali ke paru-paru. Pembentukan sel darah merah terdapat di sum-sum tulang, yang distimulasi oleh hormon eritropoetin di ginjal. Resipien yang memerlukan sel darah merah, diberikan berupa “packed red blood cells
3.     Trombosit
Trombosit merupakan fragmen sel darah merah yang berperan pada pembekuan darah. Bekerja bersama faktor pembekuan darah, akan membentuk jendalan darah yang mencegah perdarahan yang tidak dikehendaki. Trombosit dipisahkan dari plasma darah.
4.     Leukosit (granulosit)
Dikumpulkan dari darah utuh, dengan cara aferesis. Berfungsi untuk melawan proses infeksi. Sering disebut dengan “buffy coat”. Jarang digunakan untuk transfusi, karena sudah banyak jenis antibiotika yang ditemukan.
5.     Faktor koagulasi.
Ditemukan dalam plasma darah.
6.     Plasma
Plasma mengandung beberapa faktor pembekuan dan protein seperti antibodi. Setelah dipisahkan dari darah, maka dapat dibekukan dan disimpan sampai setahun. Setelah dicairkan, maka disebut sebagai fresh frozen plasma (FFP). Kriopresipitat merupakan fragmen kecil dari plasma yang mengandung faktor pembekuan tapi dengan sedikit cairan.
7.     Albumin.
Merupakan jenis protein yang salah satu fungsinya adalah menjaga osmolaritas cairan tubuh.


 Daftar Pustaka

1.         WHO, 2008. Appropriate Transfusion
2.         American Cancer Society. 2008. Blood end It’s Components.
3.         National Health and Medical Research Council, Australasian Society of Blood Transfusion. Clinical practice guidelines on the use of blood components (red blood cells, platelets, fresh frozen plasma, cryoprecipitate) [draft document]. Australia: NHMRC-ASBT, 2002;1-75.
4.         http://www.fhi.org. Guidelines for the Appropriate Use of Blood and Blood Products. 2nd ed.

Kuliah Siklus Krebs dan Bioenergetika