Monday, April 29, 2013

Fakta Seputar Penerimaan Mahasiswa Baru FKIK UMY


Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY Alhamdulillah masih diminati calon mahasiswa. Terbukti dari tahun ke tahun, jumlah pendaftar mencapai ribuan calon mahasiswa baru. Ada beberapa cara pendaftaran calon mahasiswa baru. Pertama adalah melalui jalur penelusuran minat dan bakat serta prestasi (PMDK). Melalui jalur ini, maka calon yang berminat akan mengumpulkan berkas pendaftaran yang berisi keterangan rapor SMA, nilai (ujian akhir nasional) UAN SMP, dan sertifikat prestasi yang telah diraih. Biasanya calon mahasiswa yang mendaftar pada model ini, memang merupakan siswa berprestasi di sekolah masing-masing. Pada tahun-tahun yang sudah lalu, kebanyakan mahasiswa yang diterima untuk Prodi Kedokteran memiliki nilai UAN cukup tinggi dengan rata-rata nilai 9.5 ke atas. Persaingan cukup ketat. Apalagi jatah untuk model PMDK hanya mengambil 70 kursi dari 200 kursi yang tersedia. Nilai UAN ini masih dikonfirmasi dengan nilai rapor semasa SMA dan sertifikat kejuaraan. Rangking tertinggi biasanya adalah calon yang memiliki nilai UAN tinggi, dan sertifikat kejuaraan tingkat nasional atau daerah seperti olimpiade sains, kompetisi bahasa inggris, atau mempunyai bakat khusus seperti pandai menyanyi, main music, qiroah, dll. Nilai rapor biasanya sebagai penentu ketiga, dengan alas an tiap sekolah di tiap daerah kadang standar penilaian rapornya berbeda.
            Jalur penerimaan kedua adalah melalui computer base test (CBT). Pada model ini, maka calon mahasiswa mengerjakan soal tes di computer yang diediakan panitia. Soal yang dipakai bukanlah mata pelajaran sekolah, tetapi tes potensi akademik. Standar nilai yang dipakai cukup tinggi, yaitu mencapai 80 point. Selama ini baru kira-kira 3 orang yang bisa lolos memakai model ini. Kelebihan memakai model ini adalah hasil kelulusan yang segera dapat diketahui. Begitu nilai mencapai 80, maka calon langsung dinyatakan diterima saat itu juga.
            Jalur tes ketiga adalah melalui ujian tulis biasa (paper base test=PBT). Jalur PBT biasanya sudah dibuka pada bulan bulan april, mei dan juni. Ada 3 gelombang jalur PBT. Setiap gelombang ada 2 jalur, yaitu jalur regular dan kemitraan. Beda antara jalur regular dan kemitraan adalah pada jumlah sumbangan pendidikan dan standar nilai kelulusan. Misalnya pada jalur regular yang lulus minimal mempunyai nilai 70, maka setiap penurunan nilai 1 point mahasiswa jalur kemitraan bisa menambah nilai sumbangan 5juta, sampai maksimal 50juta. Artinya adalah, nilai minimal yang bisa diterima yaitu 60. Jalur kemitraan ini besarnya hanya 20 % dari jumlah yang diterima pada setiap gelombang. Jadi misalnya gelombang pertama yang diterima sebanya, 50 kursi, maka jalur kemitraan hanya tersedia 10 kursi. Biasanya semakin mendekati akhir penmaru di gelombang 3, maka jumlah pendaftar bisa mencapai keketatan 20:1, yang berarti 1 calon yang diterima mengalahkan 20 pesaingnya. Ada rumor bahwa dengan menyumbang sejumlah nilai uang tertentu, maka otomatis dapat diterima sebagai mahasiswa baru. Tentu saja itu hanya rumor, atau kalaupun ada, pastilah ulah oknum yang tidak bisa dipertanggungjawabkan, karena system nilai yang dijadikan patokan. Jika tidak memenuhi nilai minimal, maka tentu saja tidak dapat diterima sebagai mahasiswa.
            Beberapa tips berikut mungkin dapat dijadikan acuan agar tidak salah dalam mendaftar penmaru cama FKIK UMY.
  1.  Tentukan pilihan pertama dan kedua fakultas dan prodi yang diinginkan. Jika sudah berniat pada 1 prodi (misalnya Pendidikan Dokter), maka tulislah pilihan pertama dan kedua adalah kode prodi pendidikan dokter. Jika menuliskan pilihan kedua ada pada prodi lain, maka jika tidak diterima di prodi PD akan dimasukkan ke pilihan kedua (biasanya nilai PD paling tinggi diantara prodi dan fakultas lain)
  2. Tentukan jalur tes yang akan diikuti, apakah memilih PMDK, CBT, atau PBT kemitraan atau regular. Untuk jalur kemitraan, maka calon dan orangtua harus ikut mendaftar karena akan dilakukan wawancara kesanggupan membayar biaya sumbangan saat itu juga. Disamping itu harusmembawa persyaratan lain berupa kartu keluarga dan kata lahir.
  3. Siapakan diri untuk mengerjakan tes, bawa alat tulis secukupnya, dan istirahat cukup pada malam hari sebelum tes. Karena tes potensi akademik tidak bisa dipelajari sebelumnya, maka tidak perlu belajar mata pelajaran matematika, IPA dan lain-lain.
  4. Berdoa dan kalau perlu shalat tahajjud agar diberi kemidahan. Jika belum diterima sebagai mahasiswa baru yang diinginkan, bersabar dan yainlah bahwa semua adalah jalan yang terbaik.
  5. Sukses Penmaru !!


           

Sunday, April 21, 2013

2010 CPR Guidelines. How the American Heart Association's CPR Guidelines Have Changed for 2010


After a review of the available research published over a 5 year period, the American Heart Association released its 2010 CPR Guidelines. As expected, the focus for CPR is on good quality chest compressions. Here are the differences between the 2005 and the 2010 CPR Guidelines:
  • A-B-C is for babies; now it's C-A-B!
    It used to be follow your ABC's: airway, breathing and chest compressions. Now, Compressions come first, only then do you focus on Airway andBreathing. The only exception to the rule will be newborn babies, but everyone else -- whether it's infant CPRchild CPR or adult CPR -- will get chest compressions before you worry about the airway.
  • No more lookinglistening and feeling.
    The key to saving a cardiac arrest victim is action, not assessment. Call 911 the moment you realize the victim won't wake up and doesn't seem to be breathing right.
    Trust your gut. If you have to hold your cheek over the victim's mouth and carefully try to detect a puff of air, it's a pretty good bet she's not breathing very well, if at all.
    I have a secret to share: paramedics have been doing it this way for years. Rarely have I seen an EMT or a paramedic put her ear to a victim's nose and listen for air movement. We just get to work.
  • Push a little harder. How deep you should push on the chest has changed for adult CPR. It was 1 1/2 to 2 inches, but now the Heart Association wants you to push at least 2 inches deep on the chest.
  • Push a little faster. AHA changed the wording here, too. Instead of pushing on the chest atabout 100 compressions per minute, AHA wants you to push at least 100 compressions per minute. At that rate, 30 compressions should take you 18 seconds.
Besides the changes under the 2010 CPR Guidelines, AHA continues to emphasize some important points:
  • Hands Only CPR. This is technically a change from the 2005 Guidelines, but AHA endorsed this form of CPR in 2008. The Heart Association still wants untrained lay rescuers to do Hands Only CPR on adult victims who collapse in front of them. My biggest problem with this campaign is what's left unsaid. What does AHA want untrained lay rescuers to do with all the other victims? In other words, what do you do with the victims that aren't adults or that didn't collapse right in front of you? AHA doesn't provide an answer, but I have a suggestion: DoHands Only CPR, because doing something is always better than doing nothing.
  • Recognize sudden cardiac arrest. CPR is the only treatment for sudden cardiac arrest and AHA wants you to notice when it happens.
  • Don't stop pushing. Every interruption in chest compressions interrupts blood flow to the brain, which leads to brain death if the blood flow stops too long. It takes several chest compressions to get blood moving again. AHA wants you to keep pushing as long as you can. Push until the AED is in place and ready to analyze the heart. When it is time to do mouth to mouth, do it quick and get right back on the chest.
Source:
Field JM, Hazinski MF, Sayre MR, Chameides L, Schexnayder SM, Hemphill R, Samson RA, Kattwinkel J, Berg RA, Bhanji F, Cave DM, Jauch EC, Kudenchuk PJ, Neumar RW, Peberdy MA, Perlman JM, Sinz E, Travers AH, Berg MD, Billi JE, Eigel B, Hickey RW, Kleinman ME, Link MS, Morrison LJ, O’Connor RE, Shuster M, Callaway CW, Cucchiara B, Ferguson JD, Rea TD, Vanden Hoek TL. "Part 1: executive summary: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care." Circulation. 2010;122(suppl 3):S640–S656.

Tuesday, April 09, 2013

Become a Nice Dean

Dulu saya nggak pernah berpikiran bisa sekolah menjadi seorang dokter umum yang bersekolah sampai S2 apalagi menjadi ahli. Kalau S2 masih lumayan lah..waktunya hanya 2 tahun dan sore masih bisa praktek dokter. Lha kalo sekolah spesialis?? Wah..terbayang sekolah ahli atau residensi memerlukan tenaga dan pengorbanan yang tidak sedikit. Keluarga harus siap ditinggal-tinggal jaga rumah sakit dan tanpa penghasilan tetap. Ternyata Alhamdulillah akhirnya bisa juga menjadi seorang dokter ahli anestesi dengan tepat waktu, sekitar 4 tahun.
Menjadi dokter ahli dan dosen sekaligus merupakan anugerah dan sekaligus tugas dari Tuhan yang saya rasa tidak ringan. Biasanya seorang dokter hanya berkutat di seputar praktek, tapi dokter yang juga dosen?? Hmm..saya pikir termasuk orang yang skizofren gitu deh..alias kepribadian yang terbelah hehe..Dokter yang menjadi dosen, apalagi juga seorang dokter ahli, harus bisa membagi waktunya antara mengajar di kelas, membuat soal, penelitian dan pengabdian masyarakat, dan praktek selepas mengajar atau aktivitas di kampus. Saya menikmati tugas saya sebagai dokter anestesi, dan juga dosen serta kepala rumah tangga. Sebagai dokter ahli anestesi (orang sering memlesetkan dengan tukang bius..hehe..) Mungkin bedanya dokter anestesi dengan lainnya adalah waktu yang hampir sepenuhnya dimiliki orang lain. Kalo orang lain mungkin bisa istirahat sore di rumah bersama keluarga, jalan-jalan ke mall, tapi bagi dokter anestesi, dia mempunyai tugas pelayanan di sepanjang waktu tergantung yang memberi order atau pekerjaan mbius. Sore hari bahkan sampai tengah malam, atau kadang berangkat subuh pulang subuh pernah juga saya alami. Lha trus anak dan istri kapan dong ketemunya? Yaa..bisa-bisa ketemunya pas pagi hari menjelang berangkat ke sekolah atau ke pasar deh..Lha malam hari pulang praktek, mereka sudah tidur.  Kadang kalo saya dapat tugas keluar kota untuk seminar atau rapat , maka itu waktunya beristirahat. Sedikit berbeda dengan dokter yang praktek di klinik atau rumah sakit, hari libur pun seorang ahli anestesi tetap ada kewajiban, lha kalo ahli anestesi saja libur, trus yang mbius siapa kalo ada pasien yang mau operasi?. Pasien kadang nggak tau hal ini, mereka menganggap dokter laksana dewa gitu kali..yang tidak pernah capek, dan harus memperhatikan kesehatan pasien (dikiranya mesin robot kale..).
Menjadi dokter anestesi sekaligus Dekan Fakultas Kedokteran? Wow..itu nggak terbayang sebelumnya. Apalagi FKIK UMY membawahi 4 Prodi. Terbayang klient bius saya pada susah menghubungi saya karena saya harus rapat sana-sini, kunjungan ke daerah, wah..pokoknya kasihan deh. Dekan di FKIK UMY sudah berganti 2 kali, pertama seorang Professor, dan berikutnya seorang dokter spesialis anak yang menjabat sampai 3 periode. Satu periode Dekan lamanya 4 tahun. Untuk pemilihan Dekan ke-3 tahun 2011 yang lalu, dari sisi administrasi ternyata saya masuk di bursa calon Dekan, dan setelah pemilihan, ternyata saya malah dipercaya untuk mengemban amanah menjadi Dekan. Memang syarat administrative menjadi Dekan adalah minimal sudah berpangkat Lektor. Saya waktu itu santai saja ngurus kepangkatan, semenjak diterima menjadi dosen di biokimia tahun 2000 seterusnya mendapat gelar MKes. Yang saya pikirkan waktu itu, kalo bisa berpangkat, kenapa tidak. Dari asisten ahli, menjadi Lektor perlu waktu yang lama. Setelah persyaratan saya kumpulkan ke Kopertis, baru 4 tahun kemudian SK pangkat lektor keluar, hampir bersamaan dengan lulus spesialis anestesi. Aneh ya..kayak sudah diatur aja.
Jika melihat kilas balik, dulu, lama sebelum sekolah, pernah terlintas pikiran dan saya bilang ke istri “Kayaknya bakal jadi Dekan deh”, tapi saya tepis pikiran itu dan saya bilang sama istri, “Ah..nggak lah harus ngurusi 4 prodi, nggak mampu deh”. Lha ini kok malah jadi kenyataan. Makanya hati-hati dengan pikiran kita, suatu saat bisa jadi nyata lho..
Hari ini sudah 2 tahun saya menjadi Dekan, dan saatnya pemilihan Dekan yang definitive untuk 4 tahun. Dua tahun lalu memang disiapkan hanya sebagai Dekan perantara karena jabatan Rektor juga akan berakhir 2 tahun. Selama 2 tahun jadi Dekan, saya merasa yaa..enjoy aja. Lha mau gimana lagi? Walaupun belum pernah menjadi pejabat, tapi saya berusaha untuk belajar dengan cepat menjadi seorang pemimpin di sebuah fakultas kedokteran yang tertua di kalangan organisasi keagamaan terbesar di Indonesia yaitu Muhammadiyah. Saya mungkin bukan seorang diktator yang dengan tegas memutuskan suatu perkara, antara ya dan tidak. Saya hanya berpikir, seandainya itu saya..maka apa yang akan saya perbuat. Hanya itu. Belajar menerapkan semua persoalan dengan “seandainya terjadi pada saya”. Saya belajar toleransi karena sadar bahwa saya telah menjadi yang dituakan (sampai dengan cepat uban mulai bermunculan hehe..). Untunglah, teman-teman sudah sepaham dengan saya, bahwa ini merupakan tugas dan tanggung jawab bersama. Ibarat lakon sandiwara di panggung, kita hanya berbeda peran saja. Semua harus bermain cantik dan maksimal sesuai peran dan tugas masing-masing.
Alhamdulillah walaupun baru 2 tahun, dan mungkin banyak yang belum merasakan gebrakan atau kebijakan yang saya buat, tetapi mungkin, dan mudah-mudahan bisa dirasakan ada kemajuan atau progress. Bahwa air tetap mengalir walaupun tidak mengguyur laksana air terjun. Kemajuan atau barangkali capaian program yang tidak progressive mudah2an bisa dirasakan, seperti studi lanjut bagi dosen. Sekarang makin banyak Dosen yang ambil program Doktoral atau S3. Selama masih bisa berkiprah di fakultas dan mendapat beasiswa, maka dosen dipersilakan ambil S3. Peran Prodi juga makin meningkat dan terlihat. Para kaprodi bisa menyusun kegiatan yang akan dilakukan setahun ke depan, karena mendapat dana akselerasi yang dibagi ke tiap prodi. Sistemnya mungkin mirip jual beli. Prodi dengan mahaiswa lebih banyak tentu saja mendapat dana yang lebih banyak pula. Dana itu terserah Prodi, mau diujudkan untuk kegiatan apa. Terserah. Yang jelas, dana itu untuk pengembangan Prodi biar makin dikenal di dunia pendidikan. Terkenal berarti makin banyak mahasiswa yang mendaftar ke Prodi di FKIK.
Program Inter-profesional Edication (IPE) merupakan salah satu unggulan yang tidak dimiliki oleh fakultas Kedokteran lain di Indonesia. Selain itu, atribut keislaman juga makin memperkokoh posisi FKIK yang mengusung Kedokteran islam. Untuk program ini, FKIK UMY tampaknya menjadi leader dibanding fakultas serupa di Indonesia.
Kegiatan kemahasiswaan juga makin berkembang dan terarah. Struktur organisasi makin tertata, dan mempunyai visi. Mereka diberi prinsip bahwa kegiatan kemahasiswaan bukan sekedar buang–buang uang, dan sekedar menyalurkan hobby dan bakat, tetapi harus bisa menghasilkan program yang mensejahterakan para mahasiswa. Motto Muda mendunia sudah lama digemakan oleh para mahasiswa dengan banyak kegiatan yang bersifat internasional, seperti pertukaran mahasiswa dengan negara lain, kegiatan summer school yang diikuti banyak Negara di seluruh dunia.
Last but not least, kita semua hidup di dunia yang sama hanya sekali. Banyak amanah yang bisa dijadikan ladang amalan bekal akhirat. Hidup kita bukan hanya untuk kita, tapi ada hak orang lain. Berbagi bersama orang lain, anak, istri, orang tua, tetangga, teman, merupakan kebahagiaan yang tidak terkira. Sesungguhnya, hidupku, matiku, ibadahku, hanya untuk Alloh..

Kuliah Siklus Krebs dan Bioenergetika